Jumat, 24 April 2015
“Kursi Panas” Jabatan Mengapa Diperebutkan?
Hiruk pikuk ‘pesta demokrasi’ yang sedang dialani para politisi negeri ini telah menyedot perhatian semua lapisan masyarakat. Pemilu legislatif 2014 sudah selesai, kini hanya menyisakan kenangan, salah satunya adalah
banyaknya para caleg gagal yang stres berat akibat kalah dalam percaturan politik sehingga harus dilarikan ke rumah sakit yang memang sudah di-siapkan sebelumnya.
Merupakan sebuah fenomena nyata di lapangan, banyak orang berbon-dong-bondong berebut jadi caleg atau capres dengan menghalalkan segala cara; ada yang dengan cara syirik dan datang ke para dukun, minta wang-sit serta melakukan ritual-ritual klenik, ada yang dengan cara money politic (politik uang), mengobral janji kosong, dan sebagainya. Semua itu karena syahwat jabatan yang mengalir di tubuh mereka.
Akibatnya, banyak lahir para pemimpin yang rajin terjerat kasus korupsi uang negara, skandal wanita, dan lain-lain, padahal dahulu’ Iyadh ibn Ghanam (gubernur Khalifah Umar a) mengatakan: “Demi Allah, seandainya aku digergaji, itu lebih aku sukai daripada aku berkhianat (KKN) meski uang seperak saja.” (Shifatush Shafwah, Ibnul Jauzi, 1/277)
Jabatan bukanlah kursi empuk yang penuh dengan kenikmatan, melainkan ia adalah kursi panas penuh amanat dan tanggung jawab di dunia dan apalagi kelak di akhirat. Di dunia, karena mengurusi orang bukanlah hal yang mudah, bahkan al-Imam asy-Syaf’i v mengatakan: “ Mengurusi manusia itu lebih sulit daripada mengurusi hewan.” Di akhirat, karena Allah akan menghisab dan meminta pertanggungjawaban kepemimpinan
kita kelak di hadapan Allah w. Sudahkah kita siap untuk itu?!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar